Sebuah
Kunci Kebahagiaan Untuk Ku
“Ridha Allah ada di Ridha orang
tua, dan Kemurkaan-Nya ada di kemurkaan orang tua”.
(H.R. Tirmidzi)
Saat aku berusia dua
belas tahun sampai delapan belas tahun , aku tidak pernah merasakan kasih sayang dari
seorang ibu . Saat aku jatuh sakit , saat aku membutuhkan bimbingan dalam
belajar , saat aku ingin berbagi cerita harianku , saat aku ingin memakan
masakan kesukaanku , saat aku menghadapi haid pertamaku , saat masalah
menghampiriku dan saat aku mendapat penghargaan atas prestasiku
ibu tidak pernah berada menemaniku . Sangat irinya diriku saat melihat
teman-teman yang lain bisa merasakan kebahagiaan yang tak bisa kurasakan saat
mereka bisa menjalani semuanya ditemani oleh ibu mereka . Aku selalu mencoba
memahami kesibukan ibu di rumah , keterbatasan financial , waktu dan jarak yang cukup jauh untuk
mengunjungiku .Tetapi , sangat beruntungnya diriku aku tumbuh menjadi pribadi
yang mandiri , dewasa , berprestasi , patuh terhadap kedua orang tua dan selalu
taat beribadah padaNya . Sebuah kunci kebahagiaan dari ibu yang selalu ku ingat
, ibu berkata “Anakku jadilah anak yang
sholehah dan berbakti kepada kedua orang tua “ . Semangat belajarku , menjadi
pribadi yang lebih baik selalu hadir saat aku mengingat kunci kebahagiaan dari
ibu dan perasaan bahwa ibu tidak
menyayangiku hilang bersama angin yang berhembus saat ku menghayati setiap kata
dari kunci kebahagiaan tersebut .
Begitu bahagianya saat
– saat aku berada di samping ibu . Rasanya selama enam tahun tidak bersama ibu
terbayarkan sudah . Aku bisa tinggal bersama kembali dengan ibu dan keluargaku
. Aku berusaha untuk tidak melewatkan
waktu sedetikpun untuk keluargaku dan
berbakti pada kedua orang tuaku . Aku mulai memahami mengapa dulu ibu
demikian terhadapku . bukan karena ibu tidak sayang kepadaku . Tetapi , karena
beberapa hal yang membuat ibu tidak bisa memberikan kasih sayangnya langsung
kepadaku . Ibu adalah tulang punggung yang kedua setelah ayah dalam keluargaku
. Setiap hari ibu berjualan lauk pauk dan sayur matang di rumah hampir waktunya tak ada jeda dimulai
dari belanja sayur mayur sampai mengolah sayur mayur menjadi sayur matang ,
melayani pembeli serta melakukan perannya sebagai seorang ibu terhadap
anak-anaknya . bahkan , untuk istirahat saja sulit . Sering sekali aku melihat
ibu tertidur saat menyiangi sayur ataupun saat menunggu pembeli datang .
Wajahnya tampak lelah dan letih , badannya kurus dan tak terurus , penglihatan
dan pendengarannya mulai terganggu , dan
langkah kakinya pun mulai lamban . Berdosanya aku apabila aku
membiarkannya sendiri melakukan semua pekerjaannya .
Tidak sengaja aku melihat ibu meneteskan air matanya . lalu
, aku menghampirinya dan bertanya kepadanya .
“Mengapa
ibu menangis ? “ tanyaku pada ibu .
“Ibu
tidak apa –apa nak . Ibu hanya kelelahan dan mengantuk saja .”
jawabnya dengan lirih sambil mengusap – usap rambutku .
“Ibu
istirahat saja . Biarlah aku yang melanjutkan pekerjaan ibu “ .
jawabku lembut sambil menggenggam tangan ibu .
“Nak
, Ibu bersyukur kamu tumbuh menjadi anak yang sholehah . Ibu berdoa semoga kamu
sukses dan bisa membahagiakan ibu , ayah dan adik – adik mu . Kamu bisa
menaikan haji ibu dan ayahmu , memiliki pendidikan yang tinggi , membelikan rumah , mobil , memiliki perusahaan besar , dan yang paling
penting jangan sombong apabila nanti
kamu sudah bisa memiliki semuanya .” Dengan meneteskan air
mata dan memelukku , ibu memiliki impian terhadapku yang harus aku raih untuk kebahagiaannya .
“Iya
bu , aku akan mengingat pesan ibu , aku akan melaksanakan semua perintah Ibu , Aku
akan menjaga dan mengurus ibu sampai tua nanti , bahkan sampai aku menutup mata
untuk selamanya karena ibu adalah suri teladan yang baik untukku . Kelemah
lembutan ibu dalam menasehatiku , kesabaran ibu dalam menanggapi keegoissanku
dan semua sifatku yang selalu membuat ibu sedih selama ini , ketelatenan ibu dalam mendidikku , dan
masih banyak sekali yang telah ibu berikan padaku yang tak bisa aku sebut satu
persatu . Maafkan aku ibu atas segala khilaf yang aku lakukan selama ini terhadap ibu . ” Jawabku
sambil mencium kedua pipi ibu .
“Iya
anakku sayang , Ibu sudah memaafkan kamu sebelum kamu meminta maaf kepada Ibu .
Sudah jangan menangis lagi ya nak .
nanti ibu juga akan sedih .” Jawab Ibu sambil
memelukku erat .
“Ibu
istirahat ya ! aku akan melanjutkan pekerjaan ibu .” Pintaku
padanya
Aku tak bisa menahan
air mata yang menetes membasahi pipiku sambil menyapu lantai meneruskan
pekerjaan rumah ibu aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan
membuat ibu bersedih dan akan mewujudkan semua impian – impian ibu terhadapku .
Dengan berdoa , keseriusan , dan bekerja keras , semua impian – impian ibu akan
segera bisa kuwujudkan.
Hari berganti hari ,
bulan berganti bulan , tahun berganti tahun aku selalu menjadikan ibu sebagai
teladan dan motivasiku untuk mewujudkan semua impian – impiannya . Dan tak
lelah juga ibu selalu mendampingiku dalam menggapai asa ku . Sungguh saat –
saat yang sangat menyenangkan . Aku bisa melewatkan setiap impian yang satu
persatu mulai terwujud bersama ibu , ayah dan keluargaku . Aku berharap semoga
semua impian – impian itu bisa terwujud .
Kadang prasangka , tak selamanya
benar
Kadang ketidakpedulian , tak
selamanya tidak menyayangi
Kadang kasih sayang , tak
memerlukan tindakan secara langsung
Kadang luka tertoreh , tanpa
disadari
Kadang sebuah kata yang terlihat
sangat sederhana , memiliki kekuatan yang besar untuk sebuah perubahan nyata .
Tak terasa semua impian
ibu terwujud . Aku sangat bersyukur padaNya atas segala karuniaNya . Memberiku
ibu , ayah dan keluarga yang luar biasa dan keimanan pada Mu yang kian kuat
kurasakan setiap harinya . Aku telah belajar dari pengalaman yang ku lalui ,
betapa pentingnya berbakti kepada kedua orang tua khususnya berbakti kepada
seorang ibu . Walaupun pengalaman yang ku lalui tak semuanya indah , aku masih
tetap akan menyimpan dan berbagi pengalamanku kepada anak – anakku kelak . Dan
saat ini yang aku rasakan hanyalah rasa beruntung memiliki keluarga seperti
kalian . Aku akan selalu menyayangi kalian sampai ku menutup mata . @nazalyae